Pada pertengahan abad 14 disebuah kota negara bagian skandanavia (Uppsala) berkumpulah para jago-jago lukis dalam suatu festival untuk menentukan siapa pelukis terbaik masa itu.Banyak lukisan-lukisan dengan berbagai corak dan gaya, dari model sketsa, abstrak sampai pada jenis natural. Diantara lukisan yang banyak ada sebuah lukisan yang cukup menarik perhatian, yakni sebuah lukisan seorang ibu yang sedang menenteng ROTI diatas kepalanya. Tapi pada suatu saat tanpa disangka seekor burung gagak hitam menukik kearah lukisan itu dan memakan roti didalam gambar tersebut (rupanya burung itu ketipu) dia kira Roti sungguhan. Dari pengalaman yang sempat dilihat banyak orang bahkan beberapa panitia terkagum-kagum dengan lukisan tersebut, sehingga ada prediksi kalau lukisan tersebut bakal mendapat juara, sebab bayangkan saja seekor burung bisa ketipu, dikiranya Roti sungguhan, itu berarti orang yang melukis sangat mahir membuat sebuah lukisan yang hidup. Pada babak final untuk menentukan lukisan mana yang terbaik (harapan orang banyak pasti jatuh kelukisan ibu dan roti tersebut) segera diumumkan. Tetapi tanpa disangka justru lukisan tersebut mendapat predikat lukisan terburuk sepanjang sejarah, terjadilah protes atas predikat tersebut dan akhirnya panitia mempertanggung-jawabkan keputusannya. Ketua panitia berkata,..sebab apa burung itu berani makan Roti didalam gambar tersebut ?? ...karena justru ibu yang digambar itu tidak menunjukan "hidup" apabila ibu itu seperti sungguhan maka pasti burung tersebut takut mendekat. (akhirnya dengan perhitungan akal membenarkan keputusan tersebut). Pesan moral: Bukankah kita (kristen) sedang memikul roti itu??? jagalah baik-baik agar jangan dimakan oleh resosialisasi,di era globalisasi,..jangan sampai terisolasi sehingga tidak mampu berpartisipasi dengan proses rotisasi, akibatnya kita bagaikan lukisan yang matisasi, sebab yang kita rotasi kan hidup ini adalah penonjolan rotisasi pribadisasi di sosialisasi kan kedalam berbagai hidup. Oleh sebab itu bukan "Roti Hidup" itu yang berakulturasikan dengan kita untuk kristenisasi, tetapi justru kepentingan diri sendiri, survival, dan eksistensi sebagai roda pendomestiksasi kristenisasi tersebut. Jangan heran roti yang kita bawa itu terasa pahit dan tidak enak dimakan karena bukan roti tersebut tetapi kita sendiri yang mati. Pertanyaannya : 1. Hal apa dari cerita ini yang ingin Tuhan Sampaikan Kepada anda? 2. Pernahkah anda mengalami hal seperti Itu? Kalau ada ceritakanlah
Renungan
+